Makalah Pancasila "Manusia Pancasila"
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
Konsep/Gambaran Manusia Pancasila
Dosen Pengampu : Drs.
Paulus Wahana, M. Hum.
Disusun oleh :
1. Eleonora Omega Nawang Yvana 161134007
2. Natalia
Desmi Swastantri 161134015
3. Maria Stella Dian Paramita 161134022
4. Daniel Wahyu Samodro 161134032
Kelas
: 4A
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Manusia merupakan ciptaan
Tuhan yang dibekali akal pikiran untuk berkarya di muka bumi. Kehidupan manusia
sangat komplek, dan hubungan yang terjadi pada manusia sangat luas. Manusia
diberikan akal budi untuk dapat mempersiapkan dan menerima berbagai macam
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat digunakan manusia untuk memilih mana yang
baik dan mana yang tidak baik.
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan
hidup. Pandangan hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang
terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi
sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan sesama, lingkungan dan
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan nya.
Kehidupan manusia di Indonesia berpedoman pada Pancasila.
Pancasila memiliki nilai-nilai kebaikan yang menjadi pokok/pedoman manusia. Dalam butir-butir Pancasila terdapat
pandangan bagaimana manusia seutuhnya. Seseorang bisa dikatakan sebagai manusia
Pancasila apabila mampu membawakan diri pada posisi yang tepat sesuai hak dan
kewajiban.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud manusia pancasila?
2.
Apa
pandangan manusia menurut pancasila?
3.
Bagaimana
pembentukkan manusia seutuhnya atau manusia pancasila?
3.
TUJUAN
1.
Mengetahui
yang dimaksud manusia pancasila.
2.
Mengetahui
pandangan manusia menurut pancasila.
3.
Mengetahui
pembentukkan manusia seutuhnya atau manusia pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Manusia
Pancasila
Manusia adalah ciptaan
Tuhan yang diberikan kemampuan untuk berpikir, memiliki naluri, akhlak yang
baik, serta berhubungan dengan lingkungan, alam semesta, dan penciptanya. Secara estimologis Pancasila berasal
dari bahasa sansekerta (bahasa Brahmana India) yang terdiri dari dua kata, yaitu panca dan sila. Panca artinya adalah lima, dan sila artinya adalah batu sendi atau dasar. Maka
pancasila adalah lima batu sendi. Pancasila
juga di artikan sebagai panca adalah lima dan sila adalah tingkah laku yang
baik. Jadi pancasila adalah lima tingkah laku yang baik. Jadi, manusia
pancasila adalah ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan untuk berpikir, memiliki
naluri, akhlak baik yang dinyatakan dalam sebuah lima tingkah laku baik. Yang
dimana lima tingkah laku baik itu merupakan dasar negara Indonesia.
2. Pandangan
Manusia menurut Pancasila
Pancasila
memandang manusia adalah sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Gambaran manusia menurut Pancasila menurut Paulus
Wahana (dalam H.A.R. Tilaar 2002:191) yaitu
:
·
Manusia
adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila-sila dalam Pancasila.
·
Manusia
adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan yang dikaruniani kesadaran dan kebebasan
dalam menentukan pilihannya.
·
Dengan
kebebasannya,manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikap dalam hubungannya
dengan Penciptanya.
·
Manusia
adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
·
Manusia
adalah makhluk dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama manusia yang
lain.
·
Manusia
harus saling menghargai satu sama lain dan tetap membina rasa persatuan dan
kesatuan bangsa yang kukuh.
·
Sila
pertama menunjukan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Illahi.
·
Sila
kedua menuntut akan kesadaran dan keluhuran harkat dan martabatnya.
·
Sila
ketiga berarti makhluk sosial yang berada didalam wilayah Indonesia
·
Sila
keempat menuntut manusia Indonesia saling menghargai , memiliki kebutuhan
bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kepribadiannya.
·
Sila
kelima menuntut manusia Indonesia untuk saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf
hidup yan lebih baik.
Maka
manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Manusia
menurut Pancasila adalah individu yang bebas dan bertanggungjawab.
3. Pembentukkan
Manusia Seutuhnya atau Manusia Pancasila
Hakikat
pembangunan nasional Indonesia adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya . Membangun manusia Indonesia
seutuhnya adalah titik pangkal sekaligus titik akhir dari setiap usaha dan
kerja yang sedang diusahakan dan dikerjakan oleh seluruh manusia Indonesia.
Harus
disadari bahwa komponen paling penting dalam berlangsungnya kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah manusia. Manusia sebagai warga negara yang mengelola
seluruh komponen-komponen pembentuk struktur keberadaan suatu bangsa seperti
sumber daya alam, posisi geografis negara, keberagaman, komposisi penduduk,
warisan filsafat dan nilai-nilai suatu bangsa, dan manusia itu sendiri. Jelas,
bahwa manusia adalah satu-satunya pengelola segala sumber daya bangsa.
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan di dalam
GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan
nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan
itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah atau kepuasan batiniah, melainkan
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya sekaligus batiniah.
Dalam
hubugan ini, pendidikan mempunyai peranan penting sebagai
wahana untuk mengantar peserta didik untuk mencapai kebahagiaan, yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan
kualitas hubungannya dengan dirinya, lingkunganya, dan Tuhannya. Untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan individu lainnya, rasa menghormati, serta menjalin hubungan yang baik, maka
diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya
manusia yang sempurna dan berahklah yang baik. Dimensi-dimensi tersebut itu ialah:
A. Dimensi Individual
Dimensi individual
adalah keperibadian seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang tidak
dapat dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar pendidikan M.J. Lavengeld
mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas, maksudnya
dua anak kembar yang berasal dari satu telur yang lazim dikatakan seperti
pinang dibelah dua dan sulit dibedakan satu dan yang lain hanya serupa tetapi
tidak sama apalagi identik. Hal ini berlaku pada sifat-sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya
(kerohaniannya).
Setiap individu bersifat unik (tidak ada
tara dan bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda. Contoh
sederhananya saja dua orang murid sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak pernah bersedia untuk
di samakan satu sama lain, arti katanya masing-masing ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya
sendiri, gambaran
tersebut telah dikekemukakan oleh Fancis Galton seorang ahli biologi dan
matematika inggris, dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur
ternyata ternyata tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan
kepribadiannya.
B. Dimensi Kesosialan
Dimensi kesosialan
pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul, dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu sesamanya. Manusia
dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama denganmasyarakat.masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia, maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama denganmasyarakat.masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia, maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain.
Seorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya
didalam interaksi dengan sesamanya.seseorang berkesempatan untuk belajar dari
orang lain, mengidentipikasi sifat-sifat yang dikagumi dari
orang lain untuk di milikinya, serta
menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya. Hanya didalam berintraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaannya. Banyak bukti bahwa anak manusia tidak akan menjadi
manusia bila tidak berada diantara manusia.
C. Dimensi Kesusilaan
Susilaan berasal
dari dua kata
yaitu su dan sila yang artinya kepantasan lebih tinggi. Akan tetapi dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup hanya
berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu terkandung kejahatan
terselubung. Dimensi kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih tinggi. Kesusilaan
diartikan mencakup etika dan etiket. Etika adalah (persoalan kebaikan) sedangkan etiket adalah
(persoalan kepantasan dan kesopanan). Pada hakikatnya manusia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya. Sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila. Persoalan
kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan. Susila
berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih
sempurna.
Manusia dengan kemampuan
akalnya memungkinkan untuk menentukan sesuatu manakah yang baik dan manakah
yang buruk, manakah yang pantas dan manakah yang tidak pantas. Dengan
pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan manusia untuk
berbuat dan bertindak secara susila. Drijarkara mengartikan manusia susila
sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai
tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung
tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulian dan
sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Pendidikan
kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban
disamping hak pada peserta didik.
D.
Dimensi
Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia
adalah makhluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia
adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang, agama
menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia adalah mahluk religius yang
dianugerahi ajaran-ajaran yang dipercayainya yang didapatkan melalui bimbingan
nabi demi kesehatan dan keselamatannya. Manusia sebagai mahluk beragama
mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama
masing-masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmenaktif & praktekritual.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmenaktif & praktekritual.
Jauh dekatnya hubungan
ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan.
Di dalam masyarakat Pancasila,
meskipun agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda, diupayakan
terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian,
menghargai, kedamaian, ketentraman, & persahabatan.
Pengembangan
Dimensi Hakekat Manusia
Usaha
pengembangan hakekat manusia dalam dimensi keindividuan, kesosialan,
kesusilaan, & keberagamaan berangkat dari anggapan dasar bahwa manusia
secara potensial memiliki semua dimensi tersebut, yang memungkinkan dan harus
dapat dikembangkan secara bertahap, terarah dan terpadu melalui pendidikan
sehingga dapat menjadi aktual.
Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan mampu mengembangkan interelasi dan interaksi dengan orang lain secara selaras serasi seimbang tanpa kehilangan jati dirinya.
Pengembangannya sebagai peserta didik diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, & masyarakat pengembangan self extence menyangkut aspek jasmani-rohani, cipta-rasa-karsa sebagai dimensi keindividuan.
Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesemestaan mampu mengembangkan interelasi dan interaksi dengan orang lain secara selaras serasi seimbang tanpa kehilangan jati dirinya.
Pengembangannya sebagai peserta didik diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, & masyarakat pengembangan self extence menyangkut aspek jasmani-rohani, cipta-rasa-karsa sebagai dimensi keindividuan.
Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sejak lahir hingga
ajalnya perlu dibantu oleh orang lain. Manusia harus merasa sadar dirinya
terpanggil untuk berbuat baik bagi orang lain dan masyarakat. Pengembangan
dimensi tersebut harus dimulai sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat, untuk
itu nilai/norma/kaidah yang berlaku didalam keluarga juga perlu dijunjung
tinggi disekolah dan masyarakat.
Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Hanya manusia sajalah yang
mampu menghayati norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupan sehingga dapat
menetapkan pilihan tingkah laku yang baik dan yang buruk.
Bagi manusia Indonesia norma-norma dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai universal yang diakomodasi dan diadaptasi dalam nilai-nilai khas yang terkandung dalam budaya bangsa. Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah manusia yang memiliki pikiran, ide, gagasan yang terkristal dalam kelima nilai dasar dalam Pancasila.
Bagi manusia Indonesia norma-norma dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai universal yang diakomodasi dan diadaptasi dalam nilai-nilai khas yang terkandung dalam budaya bangsa. Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah manusia yang memiliki pikiran, ide, gagasan yang terkristal dalam kelima nilai dasar dalam Pancasila.
Pengembangan
Manusia sebagai Makhluk Beragama
Sementara
pihak ada yg lebih mengutamakan terciptanya suasana penghayatan keagamaan lebih
dari pengajaran keagamaan. Untuk itu yang perlu diutamakan adalah sikap
teladan dari orang tua, guru dan pendidik lainnya disertai dengan pilihan
metode pendidikan yang tepat dan ditunjang dengan kemudahan-kemudahan fasilitas
yang memadai. Demikian pula halnya di sekolah dan di masyarakat yang religius.
Perkembangan ketiga dimensi
diatas memungkinkan manusia bergerak dalam bidang kehidupan kemanusiaan. Namun
perlu diingat bahwa ketiga dimensi tersebut baru mampu membentuk bidang
kehidupan yang mampu menampung isi kehidupan secara menyeluruh dan mantap.
Perlu pula diperhatikan bahwa bidang kehidupan duniawi belaka. Dengan demikian,
manusia yang hidupnya hanya didasarkan pada perkembangan ketiga dimensi
tersebut, jelas baru menjangkau bidang kehidupan keduniawian semata-mata.
Manusia seutuhnya pastilah
bukan manusia yang semata-mata hidup dalam bidang keduniaan, melainkan yang
juga mampu menjangkau isi hidup keakhiratan. Untuk itu perlu diperkembangkan
dimensi yang keempat, yaitu dimensi keberagamaan. Dalam dimensi ini manusia
memperkembangkan diri dalam kaitannya dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
berkembangnya secara mantap dimensi yang keempat itu, akan lengkaplah perkembangan
manusia dan mungkinlah manusia itu menjadi manusia yang seutuhnya. Dengan
keempat dimensi tersebut manusia akan mampu membentuk wadah kehidupannya secara
matap dan selanjutnya mengisi kehidupan itu secara penuh.
Maka dari keseluruhan
perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam semua sisinya, sisi individu
dan sosialnya, sisi dorongan yang harus dipenuhi dan estetika pemenuhannya,
sisi dunia dan akhiratnya, serta sisi hubungan dengan sesama manusia dan
hubungan dengan Tuhan. Dengan dimensi keempat itu pula kehidupan manusia
ditinggikan derajatnya, sesuai dengan ketinggian derajat manusia dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Manusia
pancasila adalah ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan untuk berpikir, memiliki
naluri, akhlak baik yang dinyatakan dalam sebuah lima tingkah laku baik. Lima tingkah laku baik itu merupakan
dasar negara Indonesia.
2.
Pancasila
memandang manusia adalah sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
3.
Untuk menciptakan rasa
kebersamaan dengan individu lainnya, rasa
menghormati, serta menjalin hubungan yang baik, maka diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan
sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah yang baik. Dimensi-dimensi tersebut itu ialah:
· Dimensi Individual
· Dimensi Kesosialan
· Dimensi Kesusilaan
·
Dimensi
Keberagamaan
DAFTAR REFERENSI
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/PH/article/download/1508/1175&ved=2ahUKEwixq77XtunZAhWDvo8KHXXPDwYQFjAAegQICRAB&usg=AOvVaw1j6atf9QJ1UYLQuhrnQ9uq
Komentar
Posting Komentar